Senin, 02 Agustus 2010

KECERDASAN FINANSIAL


Teman saya suami istri PNS. Well. “ Double gardan”, begitulah kami membuat istilah untuk teman-teman yang suami isteri sama-sama berpenghasilan.  Anton, anak seorang guru (PNS juga).  Ayah Anton sepanjang umur hidupnya, bekerja keras untuk melunasi tagihan.  Bahkan meninggalpun menyisakan utang yang harus dilunasi ahli warisnya.  “Beginilah PNS, kalau gak ngutang, gak akan punya apa-apa.”
Sekarang Anton dan isterinya senasib dengan orang tuanya.  Sepulang ngajar di SMA, Anton keliling mendatangi beberapa muridnya untuk les privat. Tak jarang sampai malam.  Beda sih, kalau Ayahnya kemana-mana hanya dengan motor yamaha kesayangannya, Anton selalu naik Avanza.  Rumah Antonpun tergolong besar didesain cukup bagus, bahkan sedikit mewah.  Hal yang sama adalah “baik Anton maupun ayahnya, tiap pagi bangun tidur dengan masalah keuangan yang melilit, dan harus bekerja keras dan lebih keras lagi untuk melunasi tagihan Bank yang gak pernah lunas”
Ayah anton seorang pendidik yang luar biasa gigih dan disiplin.  Nasehatnya pada Anton sukses.  “Nak, belajar yang baik, supaya kamu dapat melanjutkan ke sekolah favorit. Dan berprestasilah, nanti kamu akan mudah mendapatkan pekerjaan.”
Dan benar saja.  Sejak dari SD, Anton selalu dapat Rangking di kelasnya.  Anton diterima PNS dengan tes murni, tanpa keluar uang.  Antonpun menjadi guru favorit karena kepiawaianya untuk mencetak siswa berprestasi.  Tak ayal, Anton kebanjiran ‘order’ untuk les privat.  Penghasilannya tentu lebih banyak dari guru-guru yang lain. 
Ketika Anton dan isterinya baru menikah, pasangan bahagia ini segera menggabungkan penghasilan mereka.  Ada banyak sisa uang yang ditabung.  Hanya setahun mereka tinggal dirumah kontrakan kecil.  Tahun berikutnya, mereka sudah dapat membeli sebuah rumah tua dengan pekarangan yang cukup lebar menggunakan tabungan mereka dengan tambahan dari Bank.  Babak baru kehidupan dimulai.
Empat tahun berlalu.  Mereka sudah memiliki dua orang anak dan seorang pembantu.  Rumah pun seraya tak layak lagi.  Pasangan muda itu merehab rumahnya. Rehab total.   Bank selalu siap membantu orang-orang seperti mereka.  Akibatnya, gaji mereka hanya tersisa sedikit untuk biaya hidup.  Selebihnya milik Bank.  “Ah masih bisa, kan murid privatnya cukup banyak.”  itu yang mendorong Anton melakukannya.
Berita gembira. Kebijakan baru Pemerintah memberi  insentif untuk guru  dengan sertivikasi.  Anton dan isterinya lulus sertivikasi.  Teman mereka yang bekerja di Showroom mobil datang menawarkan kredit ringan.  Mereka memutuskan untuk membeli Avanza dengan menggadaikan sertivikasinya.
Teman isterinya yang pedagang kreditan menawarkan barang elektronik, furniture dan sampai hordeng baru, dan semua bisa dibayar secara angsuran.  Transaksipun berlangsung sesuai keinginan isteri Anton dan si tukang kredit.
Mulai bulan ini, Anton terpaksa menggantung raket kesayangannya.  Dia tak ada waktu lagi untuk bermain badminton bersama teman-temannya.  Ingin rasanya ada hari kedelapan dalam seminggu karena waktunya habis untuk mengajar. Bahkan hari minggu pun sudah punya jadwal les privat.  Itu semua demi membayar cicilan yang telah melampaui penghasilannya.  Bon diwarung tetanggapun mulai menumpuk. 
Berbeda dengan Anton, Romi hanya anak tukang bakso yang gak pernah menyelesaikan kuliahnya. Sepulang dari merantau, Romi membantu orang tuanya jualan bakso.  Sekitar dua jam sebelum tidur, Romi selalu internetan. Entah apa yang dibukanya.
Setahun berlalu, Romi mulai usaha sendiri dengan menjual kopi seduh di terminal setiap malam. Siangnya Romi mencari rumput untuk dua ekor kambingnya yang dibelinya sendiri dari “upah” membantu bapaknya.
Tiga tahun berlalu, Romi beralih profesi.  Dia bolak Balik Liwa Bandar Lampung  untuk menjual hasil bumi dari liwa dan membeli barang-barang untuk dibawa keliling ke warung-warung.  Romi telah menjadi grosir berjalan.
Dua tahun berlalu, sekarang Romi tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil dengan isteri dan dua orang anaknya.  Setiap pagi Romi melayani para pedagang warung yang membeli di toko grosir kecil yang dibukanya sejak setengah tahun yang lalu.  Tokonya buka jam Sembilan pagi dan tutup jam empat sore.  Hari sabtu Romi sengaja tidak membuka tokonya.  Biasanya dia mengambil libur untuk rekreasi dengan anak dan isterinya keliling kampung diseputaran Liwa sambil melihat perkembangan yang terjadi.
Kambingnya sudah semakin banyak dan dititipkan pada para pemelihara dengan sistem bagi hasil.  Entah sudah berapa puluh kambingnya.  Sementara rekening Banknya bertambah terus dari jualan link di internet yang dikelola seorang karyawannya, anak lulusan smk yang ulet dan kreatif.
Tahun depan, Romi berencana membuka sebuah toko swalayan.  Rudi, salah seorang karyawan tokonya sedang dipersiapkan untuk mengelola swalayan nantinya, sebagai manager.   Dua tahun kedepan, pertumbuhan kota Liwa  akan semakin pesat.  Romi sudah berencana membeli sepetak tanah di samping tokonya untuk membuka toko bangunan. 
Bengkel komputer sudah lama digagasnya.   Warnet dan sekaligus bengkel komputer direncanakan akan dibuka setelah toko bangunan berjalan.  Dan masih banyak lagi rencananya.  Untuk setiap usaha yang direncanakan, Romi sedang  menyiapkan calon pengelolanya.  “Kalau semua saya tangani langsung, saya akan kerepotan.  Kalau saya terlalu sibuk, kapan lagi saya menikmati hidup?” begitu katanya.
Pembaca yang budiman, Anton maupun Romi hanyalah potret kehidupan kita.  Potret kehidupan pasangan muda di seluruh dunia yang kebanyakan mirip Anton dan hanya sebagian kecil yang seperti  Romi.
Anton yang selalu berprestasi, cerdas, ulet dapat hidup makmur dan memenuhi segala hasrat dan keinginan keluarganya untuk hidup layak (setidaknya untuk ukuran materi).  Hanya saja, Anton tidak tahu apapun tentang uang.  Tentang uang, Anton hanya tahu hidup akan mudah jika punya banyak uang.  Dan jika ingin uang lebih banyak, dia harus lebih keras bekerja.
Romi punya konsep yang berbeda.  Bagi Romi, permasalahan finansial yang dihadapi kebanyakan orang bukan karena sedikitnya uang yang mereka miliki.  Uang yang lebih banyak bukanlah pemecahan dari masalah yang mereka hadapi.  Sering kali uang yang lebih banyak hanya akan memperjelas kebodohan seseorang akan uang.
Masalah keuangan yang melilit banyak orang lebih bersumber pada pribadi masing-masing.  Nafsu memiliki barang-barang konsumtif yang belum waktunya dimiliki dan anggapan bahwa untuk memperoleh uang yang lebih banyak harus dengan kerja yang lebih keras merupakan pendorong manusia terlilit masalah keuangan yang serius.  Alih-alih belajar tentang uang, mereka pilih bekerja lebih keras lagi untuk mendapatkan uang yang lebih banyak.
Apa itu Kecerdasan finansial
Kita telah sering mendengar tentang kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan emosional (EQ).  Lalu apa itu kecerdasan finansial?
Secara singkat saya dapat katakan Anton adalah contoh orang yang memiliki kecerdasan finansial yang rendah.  Sedangkan Romi adalah contoh orang yang memiliki kecerdasan finansial yang tinggi.
Jadi apa itu kecerdasan finansial? Dan kenapa kita perlu tahu ?
Tulisan ini belum selesai. Silahkan lihat besuk atau lusa, mudah-mudahan saya sudah selesai menuliskannya.  Salam sukses. Semoga bahagia selalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar