Minggu, 31 Oktober 2010

Jangan Buang Waktu untuk Masalah yang Tak Bisa Anda Atasi Sendiri

masalah bisnisMungkin sering anda mengalami hal ini. Ketika anda sedang menghadapi sebuah masalah dan anda rasa mampu mengatasinya seorang diri. Namun ternyata tidak. Masalah yang anda hadapi tidak teratasi dan anda justru mengalami kerugian yang lebih parah. Waktu yang berlalu semakin panjang, biaya membengkak dan masalah itu tidak juga kunjung teratasi.
Bagaimana sebaiknya?
Misalkan–mari kita mulai dengan contoh yang sederhana–ban motor anda pecah. Lalu anda berkeras diri bahwa masalah tersebut mampu anda atasi sendiri. Anda lalu mencoba menambalnya sendiri. Namun ternyata anda tak punya peralatan tambal ban. Apakah anda kemudian memilih membeli peralatan tambal ban, lalu belajar cara menambal, dan baru menambal ban motor anda yang bocor? Atau mencari bengkel tambal ban dan mempercayakannya untuk menambal ban motor anda?
Saya yakin anda tidak akan memilih pilihan pertama tadi. Anda akan cari bengkel tambal ban lalu tinggal menunggu beberapa saat dan anda pun bisa kembali melanjutkan perjalanan. Simpel dan efektif.
Mungkin anda pemimpin perusahaan, anda mungkin juga orang yang pandai, namun selalu ada  keterbatasan dalam diri anda. Dan ada orang lain yang mampu mengisi kekurangan anda itu.
Hal yang sama berlaku untuk bisnis anda. Di sini anda bisa berdayakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan anda. Anda bisa jelaskan apa tujuan anda dan minta mereka melakukannya. Dengan demikian, masalah anda akan teratasi lebih cepat.
Dalam bisnis apapun pasti selalu ada tantangan. Dan hanya bisnis yang mampu mengatasi tantangan secara tepat yang akan tumbuh berkembang.

Rabu, 01 September 2010

Sudah tepatkah keberadaan anda sekarang ?

Ada 3 kaleng coca cola, ketiga kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang sama. Ketika tiba harinya, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng coca cola dan menuju ke tempat yang berbeda untuk pendistribusian. Pemberhentian pertama adalah supermaket lokal. Kaleng coca cola pertama di turunkan disini. Kaleng itu dipajang di rak bersama dengan kaleng coca cola lainnya dan diberi harga Rp. 4.000.
Pemberhentian kedua adalah pusat perbelanjaan besar. Di sana, kaleng kedua diturunkan. Kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp. 7.500.
Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng coca cola ketiga diturunkan di sana . Kaleng ini tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan. Dan ketika ada yang pesan, kaleng ini dikeluarkan besama dengan gelas kristal berisi batu es. Semua disajikan di atas baki dan pelayan hotel akan membuka kaleng coca cola itu, menuangkannya ke dalam gelas dan dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp.60.000.

Sekarang, pertanyaannya adalah : Mengapa ketiga kaleng coca cola tersebut memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama ?

Lingkungan Anda mencerminkan harga Anda. Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP.

Apabila Anda berada dilingkungan yang bisa mengeluarkan terbaik dari diri Anda, maka Anda akan menjadi cemerlang. Tapi bila Anda berada dilingkungan yang meng-kerdil- kan diri Anda, maka Anda akan menjadi kerdil.

(Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama) + lingkungan yang
berbeda = NILAI YANG BERBEDA
By Dennie sumber : http://yukbisnis.com

Selasa, 10 Agustus 2010

KEKUATAN UANG

Banyak orang yang senantiasa mengalami pergumulan finansial sepanjang hidupnya.  Mereka beranggapan bahwa uang lebih banyak akan menyelesaikan masalah mereka. 

Padahal uang lebih banyak bukan jalan keluar dari kesulitan finansial mereka.  Uang lebih banyak sering kali semakin menegaskan kesalahan pola hidup yang ditempuhnya.

Uang telah menguasai kehidupan manusia dengan rasa takut, takut kekurangan uang.  Rasa takut kekurangan uang memaksa jutaan manusia untuk keluar rumah pagi-pagi sekali dan baru pulang setelah malam harinya.  Rasa takut kekurangan uang memaksa jutaan anak kehilangan perhatian kedua orang tuanya.  karena orang tuanya terlalu sibuk.  Sibuk bekerja keras bahkan sangat keras untuk mengumpulkan uang.  Uang punya kekuatan memaksa manusia bekerja seumur hidupnya dengan sangat keras demi uang.


Ketika uang lebih banyak telah terkumpul, maka uang unjuk kekuatan yang kedua.  Uang membangkitkan nafsu. Nafsu untuk berbelanja.  Nafsu yang telah sekian lama tertahan.  Nafsu untuk memiliki segala sesuatu yang bisa dibeli dengan uang.  Tak peduli apakah sesuatu itu memang dibutuhkan, atau sekedar mainan mahal yang tak bermanfaat.  Uang menyeret manusia menjadi sangat konsumtif.  Ketika jiwa konsumtif sudah demikian subur, maka jebakan berikutnya bernama kredit.  Dengan tunggakan kredit yang menumpuk, maka sekali lagi uang memaksa manusia untuk bekerja lebih keras dari sebelumnya.

Sebenarnya uang memiliki kekuatan ketiga yang tak banyak orang memahaminya, apalagi memanfaatkan.  Uang adalah pekerja yang luar biasa.  Uang dapat bekerja menghasilkan uang tanpa kenal lelah.  Uang bekerja dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu dan 365 hari setahun tanpa intirahat.  Uang bisa mengambil alih segala pekerjaan sampai-sampai pemiliknya tidak perlu bekerja lagi.

Pembaca yang budiman,  apakah kita termasuk orang yang diperbudak uang, sehingga kita berangkat bekerja pagi-pagi sekali dan bekerja lembur untuk uang yang lebih banyak?  Atau mungkin kita orang yang selalu menghabiskan penghasilan kita, bahkan pengguna jasa bank untuk menutupi kekurangannya?
Atau kita orang yang memanfaatkan kekuatan uang, kita punya uang yang bekerja menghasilkan uang untuk kita,  selalu menyisihkan penghasilan kita untuk ditambahkan pada UANG YANG BEKERJA untuk kita?
Jika Anda atau siapapun termasuk kelompok ketiga, maka meraih kebebasan finansial hanya soal waktu lagi.
Kalau minjam istilahnya pak Mario Teguh "LAKUKAN dan perhatikan apa yang terjadi"

Salam Sukses
Hamidi

Senin, 02 Agustus 2010

CO.CC:Free Domain

KECERDASAN FINANSIAL


Teman saya suami istri PNS. Well. “ Double gardan”, begitulah kami membuat istilah untuk teman-teman yang suami isteri sama-sama berpenghasilan.  Anton, anak seorang guru (PNS juga).  Ayah Anton sepanjang umur hidupnya, bekerja keras untuk melunasi tagihan.  Bahkan meninggalpun menyisakan utang yang harus dilunasi ahli warisnya.  “Beginilah PNS, kalau gak ngutang, gak akan punya apa-apa.”
Sekarang Anton dan isterinya senasib dengan orang tuanya.  Sepulang ngajar di SMA, Anton keliling mendatangi beberapa muridnya untuk les privat. Tak jarang sampai malam.  Beda sih, kalau Ayahnya kemana-mana hanya dengan motor yamaha kesayangannya, Anton selalu naik Avanza.  Rumah Antonpun tergolong besar didesain cukup bagus, bahkan sedikit mewah.  Hal yang sama adalah “baik Anton maupun ayahnya, tiap pagi bangun tidur dengan masalah keuangan yang melilit, dan harus bekerja keras dan lebih keras lagi untuk melunasi tagihan Bank yang gak pernah lunas”
Ayah anton seorang pendidik yang luar biasa gigih dan disiplin.  Nasehatnya pada Anton sukses.  “Nak, belajar yang baik, supaya kamu dapat melanjutkan ke sekolah favorit. Dan berprestasilah, nanti kamu akan mudah mendapatkan pekerjaan.”
Dan benar saja.  Sejak dari SD, Anton selalu dapat Rangking di kelasnya.  Anton diterima PNS dengan tes murni, tanpa keluar uang.  Antonpun menjadi guru favorit karena kepiawaianya untuk mencetak siswa berprestasi.  Tak ayal, Anton kebanjiran ‘order’ untuk les privat.  Penghasilannya tentu lebih banyak dari guru-guru yang lain. 
Ketika Anton dan isterinya baru menikah, pasangan bahagia ini segera menggabungkan penghasilan mereka.  Ada banyak sisa uang yang ditabung.  Hanya setahun mereka tinggal dirumah kontrakan kecil.  Tahun berikutnya, mereka sudah dapat membeli sebuah rumah tua dengan pekarangan yang cukup lebar menggunakan tabungan mereka dengan tambahan dari Bank.  Babak baru kehidupan dimulai.
Empat tahun berlalu.  Mereka sudah memiliki dua orang anak dan seorang pembantu.  Rumah pun seraya tak layak lagi.  Pasangan muda itu merehab rumahnya. Rehab total.   Bank selalu siap membantu orang-orang seperti mereka.  Akibatnya, gaji mereka hanya tersisa sedikit untuk biaya hidup.  Selebihnya milik Bank.  “Ah masih bisa, kan murid privatnya cukup banyak.”  itu yang mendorong Anton melakukannya.
Berita gembira. Kebijakan baru Pemerintah memberi  insentif untuk guru  dengan sertivikasi.  Anton dan isterinya lulus sertivikasi.  Teman mereka yang bekerja di Showroom mobil datang menawarkan kredit ringan.  Mereka memutuskan untuk membeli Avanza dengan menggadaikan sertivikasinya.
Teman isterinya yang pedagang kreditan menawarkan barang elektronik, furniture dan sampai hordeng baru, dan semua bisa dibayar secara angsuran.  Transaksipun berlangsung sesuai keinginan isteri Anton dan si tukang kredit.
Mulai bulan ini, Anton terpaksa menggantung raket kesayangannya.  Dia tak ada waktu lagi untuk bermain badminton bersama teman-temannya.  Ingin rasanya ada hari kedelapan dalam seminggu karena waktunya habis untuk mengajar. Bahkan hari minggu pun sudah punya jadwal les privat.  Itu semua demi membayar cicilan yang telah melampaui penghasilannya.  Bon diwarung tetanggapun mulai menumpuk. 
Berbeda dengan Anton, Romi hanya anak tukang bakso yang gak pernah menyelesaikan kuliahnya. Sepulang dari merantau, Romi membantu orang tuanya jualan bakso.  Sekitar dua jam sebelum tidur, Romi selalu internetan. Entah apa yang dibukanya.
Setahun berlalu, Romi mulai usaha sendiri dengan menjual kopi seduh di terminal setiap malam. Siangnya Romi mencari rumput untuk dua ekor kambingnya yang dibelinya sendiri dari “upah” membantu bapaknya.
Tiga tahun berlalu, Romi beralih profesi.  Dia bolak Balik Liwa Bandar Lampung  untuk menjual hasil bumi dari liwa dan membeli barang-barang untuk dibawa keliling ke warung-warung.  Romi telah menjadi grosir berjalan.
Dua tahun berlalu, sekarang Romi tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil dengan isteri dan dua orang anaknya.  Setiap pagi Romi melayani para pedagang warung yang membeli di toko grosir kecil yang dibukanya sejak setengah tahun yang lalu.  Tokonya buka jam Sembilan pagi dan tutup jam empat sore.  Hari sabtu Romi sengaja tidak membuka tokonya.  Biasanya dia mengambil libur untuk rekreasi dengan anak dan isterinya keliling kampung diseputaran Liwa sambil melihat perkembangan yang terjadi.
Kambingnya sudah semakin banyak dan dititipkan pada para pemelihara dengan sistem bagi hasil.  Entah sudah berapa puluh kambingnya.  Sementara rekening Banknya bertambah terus dari jualan link di internet yang dikelola seorang karyawannya, anak lulusan smk yang ulet dan kreatif.
Tahun depan, Romi berencana membuka sebuah toko swalayan.  Rudi, salah seorang karyawan tokonya sedang dipersiapkan untuk mengelola swalayan nantinya, sebagai manager.   Dua tahun kedepan, pertumbuhan kota Liwa  akan semakin pesat.  Romi sudah berencana membeli sepetak tanah di samping tokonya untuk membuka toko bangunan. 
Bengkel komputer sudah lama digagasnya.   Warnet dan sekaligus bengkel komputer direncanakan akan dibuka setelah toko bangunan berjalan.  Dan masih banyak lagi rencananya.  Untuk setiap usaha yang direncanakan, Romi sedang  menyiapkan calon pengelolanya.  “Kalau semua saya tangani langsung, saya akan kerepotan.  Kalau saya terlalu sibuk, kapan lagi saya menikmati hidup?” begitu katanya.
Pembaca yang budiman, Anton maupun Romi hanyalah potret kehidupan kita.  Potret kehidupan pasangan muda di seluruh dunia yang kebanyakan mirip Anton dan hanya sebagian kecil yang seperti  Romi.
Anton yang selalu berprestasi, cerdas, ulet dapat hidup makmur dan memenuhi segala hasrat dan keinginan keluarganya untuk hidup layak (setidaknya untuk ukuran materi).  Hanya saja, Anton tidak tahu apapun tentang uang.  Tentang uang, Anton hanya tahu hidup akan mudah jika punya banyak uang.  Dan jika ingin uang lebih banyak, dia harus lebih keras bekerja.
Romi punya konsep yang berbeda.  Bagi Romi, permasalahan finansial yang dihadapi kebanyakan orang bukan karena sedikitnya uang yang mereka miliki.  Uang yang lebih banyak bukanlah pemecahan dari masalah yang mereka hadapi.  Sering kali uang yang lebih banyak hanya akan memperjelas kebodohan seseorang akan uang.
Masalah keuangan yang melilit banyak orang lebih bersumber pada pribadi masing-masing.  Nafsu memiliki barang-barang konsumtif yang belum waktunya dimiliki dan anggapan bahwa untuk memperoleh uang yang lebih banyak harus dengan kerja yang lebih keras merupakan pendorong manusia terlilit masalah keuangan yang serius.  Alih-alih belajar tentang uang, mereka pilih bekerja lebih keras lagi untuk mendapatkan uang yang lebih banyak.
Apa itu Kecerdasan finansial
Kita telah sering mendengar tentang kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan emosional (EQ).  Lalu apa itu kecerdasan finansial?
Secara singkat saya dapat katakan Anton adalah contoh orang yang memiliki kecerdasan finansial yang rendah.  Sedangkan Romi adalah contoh orang yang memiliki kecerdasan finansial yang tinggi.
Jadi apa itu kecerdasan finansial? Dan kenapa kita perlu tahu ?
Tulisan ini belum selesai. Silahkan lihat besuk atau lusa, mudah-mudahan saya sudah selesai menuliskannya.  Salam sukses. Semoga bahagia selalu.